Wednesday, March 16, 2011

apel yang menjadi jeruk

tadi malam saya mengajar lagi
bertemu mahasiswa2 saya yang pekerja dan aktif belajar
karena antusias, saya jadi lupa waktu
satu hal yang jadi catatan saya:
beberapa teman dosen di kampus merasa teman2 mahasiswa ini suka menguji mereka,
bagi dosen yang tidak dapat menjawab kelas ini seperti candra dimuka

saya sampaikan kepada mereka
mereka meminta keadilan katanya
mereka berharap setelah letih bekerja, setelah membayar kewajiban sebagai mahsasiswa
mereka memperoleh hak yang sama.....yaitu dosen yang kompeten, sehingga mereka membawa ilmu
di satu sisi... ada ragam background pengalaman, pengetahuan dan motivasi untuk menjadi dosen, demikian juga mahasiswa.....

satu hal yang saya sampaikan kepada mahasisiwa, teman-teman saya itu...
bahwa tak selamanya yang mereka inginkan
ada di tangan

demikian pula dengan kehidupan
tak selamanya yang kita impikan yang kita bayangkan indah
sebaik kenyataan....

yang saya sampaikan adalah terserah mereka, namun saya hanya berbagi
bahwa di tangan mereka sebuah apel bisa menjadi jeruk jika tahu cara mengolahnya

terimalah dosen lain seperti mereka menerima teman
jika memang ada hal yang kurang dan tidak puas dijawab dosen
carilah referensi lain, car pengethuan dan ilmu diluar sana yang terbentang
dengan ragam cara

apel bisa jadi jeruk
ketika apel itu diblender, diberi sirup jeruk sesuai dengan keingina kita seperti itulah analoginya

demikian hidup, sering kita bermimpi menjadi atau memperoleh sesuatu tapi mungkin itu kita tidak dapatkan...
Hanya Allah lah yang Mengetahui segalanya...

Bisa Jadi Kamu Membenci Sesuatu Namun Itu Baik Buatmu

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)


jadi hanya sedikit sharing


Monday, March 7, 2011

lupa

saya tidak akan pernah lupa
dinginnya air
gelapnya kamar
teriakan-teriakan itu
di waktu malam
seorang anak menangis
hidup itu keras
saya tidak akan pernah lupa

lupa

saya tidak akan pernah lupa

Friday, March 4, 2011

penghargaan

Seorang bapak tua berdiri dengan tongkat tuanya, terdiam, dengan seonggok tisu di genggaman.
tiap pagi ku jumpa dengannya. tunantera penjual tisu.
menunggu pembeli. tidak meminta minta. tidak menadah tangan.
berjalan sepanjang selasar stasiun
bagiku itu cukup menggambarkan sebuah perjuangan
sebuah penghargaan terhadap dirinya
bahwa walau memiliki kekurangan
namun semangat nya untuk berjuang sangat membanggakan.

jauh nun di sana, di kerumunan kalangan cosmopolitan
, tak jarang kita temui ragam manusia
,dengan aneka tampilan dan gaya menadahkan tangan
dengan ragam cara , merajuk, merayu bahkan
dengan cara kasar sekalipun....
merampas hak orang lain
tanpa acuh pada sesamanya .....
untuk sebuah nama penghargaan.....